Author: kompas.com & pasarmodal.inilah.com
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, minggu ini memperkirakan hal yang masih menyetir arah atau IHSG yaitu faktor global. Seperti data ekonomi Amerika Serikat (AS) tentang perumahan yang segera di rilis dan penyelesaian utang Yunani.
Edwin Sebayang, Kepala Riset Bhakti Securities, memperkirakan, IHSG masih dibayangi pelemahan. "Menurut ekspektasi pasar, data ekonomi AS akan mengalami penurunan cukup signifikan secara bulanan," kata dia. Selain itu, selama masalah utang Yunani belum jelas, IHSG masih akan turun. Edwin memproyeksikan rentang pergerakan IHSG hari ini (20/6/2011) antara 3.658 - 3.750.
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih optimistis IHSG mencoba rebound. Kerjasama Kanselir Jerman dengan bank sentral Eropa untuk menyelesaikan utang Yunani di perkirakan mendorong bursa Eropa berbalik positif. Secara teknikal, IHSG juga sudah di level support.
Proyeksi Alfatih, IHSG hari ini dalam kisaran 3.700 - 3.760. Jika rebound tidak menembus 3.810, di perkirakan penurunan bakal terus berlanjut.
Krisis Yunani juga menjadi penentu pergerakan rupiah pekan ini, yang masih rentan melemah. "Kemungkinan penguatan baru terjadi di pertengahan pekan setelah pertemuan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dengan Dana Moneter Internasional (IMF)," kata Fauzi Ichsan, Ekonom Standard Chartered.
Prediksi Fauzi, rupiah di perdagangkan di rentang Rp 8.575-Rp 8.625 per dollar AS hari ini. "Bank Indonesia bisa saja intervensi, tapi kuncinya tetap di Yunani," tambah dia.
Pada perdagangan Jumat (17/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 18,17 poin (0,49%) ke level 3.722,303.
Untuk pekan ini, tak satu pun saham mendapat rekomendasi positif dari Irwan. Sebab, menurutnya, memegang cash jauh lebih baik sambil menunggu hingga masalah global tuntas. “Kalau tuntas, investor juga tenang untuk masuk ke market,” ucapnya.
Pelaku pasar lebih baik baik mencermati bursa regional yang akan merespon berita-berita dari Eropa. Jika regional mendukung, IHSG juga bakal menguat. “Tapi jangan berpikir bisa mendapat gain 10-15%,” tukasnya.
Untuk saham-saham yang sudah terkoreksi tajam 10%, berpeluang naik 3-5%. Tapi, bagi saham-saham yang koreksi sebelumnya tipis, 5-7% peluang penguatannya hanya 2-3%. “Setelah menguat, berpeluang tertekan kembali karena situasi makro ekonomi global yang belum kondusif,” imbuhnya.
(Informasi tambahan: seiring menanti kabar pekan ini dari faktor global, ada baiknya kamu cek harga: Gadget Baru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar