Author: analisadaily.com
Menjadikan lebah dan menangkarkan binatang seperti tikus tebu sebagai Hewan Peliharaan buat pangan, sangat di perlukan untuk membantu mengatasi perdagangan tidak berkesinambungan dalam daging Satwa Asli di Afrika tengah, menurut para pakar konservasi pada 10 Juni.
Populasi lokal mengandalkan berbagai jenis burung, reptilia dan mamalia termasuk beruk di wilayah Lembah Kongo yang luas untuk dikonsumsi, namun perburuan eksploitatif untuk mendapatka apa yang di sebut daging Satwa Asli kini menyebabkan ‘sindrom hutan kosong’, ujar pernyataan sebuah panel pakar lingkungan hidup menyusul pertemuan mengenai isu itu di Nairobi.
"Mengatasi dampak perdagangan tidak berkesinambungan dan ilegal daging Satwa Asli di nilai kritis untuk melindungi mata pencaharian penduduk pedalaman sekaligus melestarikan Satwa Asli dan area - area kaya keragaman hayati," ujar John Scanlon, sekjen Conservation on International Trade on Endangered Species (CITES).
- Replaced
Perburuan tradisional legitimate saat ini di gantikan oleh perburuan komersial dan perdagangan species yang terancam punah termasuk gajah dan primata, ujar Ahmed Djoghlaf, sekretaris eksekutif Convention on Biological Diversity (CBD).
Pernyataan itu menegaskan menggantikan daging Satwa Asli dengan daging sapi produksi lokal akan menuntut sekira 80 persen dari wilayah Republik Demokratik Kongo di jadikan padang rumput.
"Karena itu, tidak ada alternatif menjadikan pemanfaatan Satwa Asli sebagai bahan pangan yang bisa lebih berkesinambungan."
Republik Demokratik Kongo, yang seluas Eropa Barat, memiliki hutan yang luasnya lebih 150 juta hektare, salah satu kawasan hutan terluas yang tersisa di Afrika.
Para pakar menyatakan praktek perburuan berlebihan kini mengacau keamanan pangan dan juga mengancam hutan itu sendiri, karena 75 persen dari species pohon tropis bergantung pada berbagai jenis binatang untuk menebarkan biji - bijian.
- Promosi
Berbagai langkah yang diusulkan oleh pakar-pakar itu termasuk promosi pemeliharaan lebah untuk memproduksi madu buat perdagangan dan pangan, pengenalan program manajemen Satwa Asli dalam komunitas, dan budidaya tikus tebu untuk pangan.
Tikus tebu yang juga di kenal sebagai pemotong rumput, adalah binatang pengerat herbivora berukuran besar yang telah di ternakkan di sejumlah daerah Afrika.
Daging Satwa Asli telah menjadi bisnis besar di sejumlah negara, dengan perdagangan informal Republik Afrika Tengah diperkirakan bernilai 72 juta dolar setahun.
Pertumbuhan penduduk dan perdagangan komersial makin menekan Satwa Asli lokal, lanjut pernyataan yang sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar